Tema: Musuh Kembali menjadi saudara
Judul: Ikatan Persaudaraan
Waktu menunjukan pukul 13.00, bel berbunyi keluarlah dari kelas X5 Marsya serta Mhelsa. Mereka berjanji ingin bertemu dengan sahabat mereka di depan kelas X5. Persahabatan mereka sudah seperti saudara karena dari dulu mereka sering kumpul bersama dan bahkan orang tua mereka juga sudah ,mengenal satu sama lain, walaupun tidak ada hubungan darah.
Dari arah tangga muncullah Bryan dan Albert. Tak lama kemudian munculah Jeje dan Sindy. Mereka izin dengan teman-teman bahwa mereka tidak bisa kumpul karena harus mengikuti ulangan susulan di ruang guru. Dengan tidak adanya Jeje dan Sindy. Albert dan Marsya pun duduk berdampingan untuk membahas lomba agama antar provinsi, karena mereka menjadi perwakilan sekolah se Jawa Tengah. Sedangkan Bryan dan Mhelsa membahas masalah mereka, Bryan dan Mhelsa tampak mesra duduk berdampingan di pojok.
Satu jam tak terasa, tiba-tiba munculah Sindy dari arah tangga. Sindy melihat Bryan sedang bermesra-mesraan dengan Mhelsa. Sindy merasa terpukul hatinya melihat kejadian itu. Sindy langsung turun ke bawah dan menuju ke parkiran untuk mengambil montor dan segera pulang. Jeje yang melihat kejadian dari jarak jauh itu memanggilnya, tetapi Sindy tidak menghiraukan. Jeje pun mengejar Sindy tetapi tidak sampai. Jeje menuju ke atas untuk bertanya ke pada yang lain, tetapi yang lain tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Albert malah menimpalinya dengan “ mungkin Sindy kebelet ngising”. Teman-teman langsung pada ketawa mendengar candaan dari Albert.
Albert dan Melsa berkeinginan ke rumah pak kyai, pak kyai adalah guru agama mereka. Mereka kesana untuk belajar mengenai lomba yang diadakan 5 hari lagi. Karena waktu sudah sore, yang lain akhirnya juga ikut pulang.
Pada malam harinya Sindy menangis, karena hatinya sangat sakit melihat Bryan, orang yang di pujanya bermesra-mesraan dengan Mhelsa. Muncullah pikiran untuk menghabisi Bryan. Sindy pergi keluar dari rumah untuk mencari orang tepat untuk menghabisi Bryan. Akhirnya dia menemukan orang yang pas untuk menghabisi Bryan, dia adalah Preman yang melegenda sebut saja namanya Preman Kawedanan . Dia pernah menghabisi 100 orang dengan sendirinya menggunakan pedang. Pedang itu katanya pedang terkutuk yang telah di temukannya di gunung sebagai hasil latihan bersemedi tentu saja tidak ada orang yang tau dari mana asal orang ini. Sindy pun meminta Preman Kawedanan tersebut untuk menghabisi orang tersebut, Preman Kawedanan tersebut mengatakan dengan syarat dia harus lawan yang kuat serta harus mempunyai pedang. Uang bukanlah masalah bagiku kata Preman Kawedanan, cukup sediakan 50.000.000 untukku. “ah… katanya uang bukan masalah, kenapa harga tarifnya tinggi. Tapi tidak apalah yang penting aku ingin menghabisi orang tersebut” kata Sindy. Sindy pun menyetujui syarat tersebut karena Bryan adalah seorang penjual pedang serta ayahnya pembuat pedang dan terlebih lagi uang yang ditawarkanya sangat murah Sindy sangat berkecukupan. Sehari-hari bahkan kebutuhan pokok Sindy sudah terbilang sangat mewah. Setelah Sindy berjabat tangan, Sindy mengatakan orang yang harus kau habisi nanti tunggu konfirmasi dariku lagi dan terlebih lagi kamu berjagalah di dekat pertigaan itu pada jam setengah 6, nanti pada saat aku menjatuhkan uang koin kamu keluar dari tempat persembunyian lalu bersiap menyerang orang tersebut. Pada saat aku melirik orang yang menjadi targetmu itu tersebut “paham!!”. Preman Kawedanan mengganguk, Sindy pun langsung pulang ke rumah. Sindy lalu mengirim pesan kepada teman-temannya untuk melakukan jogging pada saat besok pagi pukul 05.30 WIB. Terkecuali isi pesan terhadap Bryan. Sindy meminta agar esok pada saat jogging membawa pedang karena akan ada teman yang beli pedang tetapi sebenarnya itu hanya untuk melihat apakah Bryan juga bisa ilmu pedang serta ingin melihat Bryan terkena sabetan pedang dari si Preman Kawedanan . Sindy pun tertawa keras “ZEHAHAHAHAHAHAHAHAHAH(dengan wajah yang menyeramkan)”.
Di lain pihak Albert dan Marsya telah sampai di rumah pak Kyai, di rumah itu pertama-tama mereka mengaji, lalu membahas masalah lomba tersebut. Lomba tersebut bertemakan Ceramah tentang Nabi Muhammad SAW. Lalu pak Kyai mengajari cara berceramah yang baik terhadap Albert dan Marsya. Setelah selesai berceramah Albert serta Marsya berpamitan dengan pak Kyai karena sudah larut malam, pak kyai berpesan agar di hari lomba esok Albert serta Marsya di wajibkan sholat Tahajud, pada hari lomba pelaksanan tersebut dan bacalah ceramah menurut isi hatimu. Albert dan Marsya pun mengangguk. Pada saat mereka sampai di jalan sebuah pesan di terima di HP mereka. Mereka bingung kenapa tiba-tiba diajak jogging oleh Sindy, padahal kata Jeje Sindy sedang marah. Mereka pun tak menghiraukan perkataan Jeje yang tadi siang.
Esok harinya. Pada jam setengah 6 pagi, semua telah berkumpul dengan tepat. Sindy pun memakai pakaian olahraga yang sangat rapi, semua teman-temannya pun juga memakai pakaian olahraga. Terkecuali si Albert, ternyata dia masih memakai Peci di kepalanya. Teman-teman pun pada tertawa melihat kejadian itu, tetapi Albert masih belum tahu kenapa teman-teman tertawa. Jeje pun memberi tahu kepada Albert, kalo pecinya masih ada di kepala. Albert pun berkata “yah tidak apa-apa kan kalo aku pakai Peci untuk jogging”. Kan terlihat lebih alim, dan semoga saja waktu aku pakai peci ini ada cewe cantik yang tertarik kepadaku. “Amin” jawab teman-teman serentak. Marsya pun menimpali, “yah semoga yang umur 60-an juga tertarik”. Sepontan Albert kaget melihat pendapat Marsya, Albert berkata “kenapa kamu cemburu???”. Marsya pun terdiam sejenak. “Ayo kita berangkat!!” suara Sindy dari belakang yang baru selesai mengikat tali sepatu. Sindy berbicara kepada Bryan bahwa “lebih baik pedang mu itu kamu bawa, soalnya kita mau melewati rumah orang yang mau membeli pedang mu itu. “SIP” kata Bryan sambil mengancungkan jempol serta mengambil pedang tersebut. Sebelum berangkat Sindy menelepon Preman Kawedanan untuk bersiap di dekat pertigaan yang telah di janjikan tadi malam. Pada saat teman-teman sampai di pertigaan tersebut, Sindy mengambil uang koin lalu menjatuhkan uang tersebut. Suara tersebut terdengar oleh Preman Kawedanan , lalu muncullah Preman Kawedanan tersebut dengan melompat dan tidak sengaja menginjak kulit pisang akhirnya terjatuh. Mereka kaget melihat orang tersebut berpakaian Preman serta membawa pedang. Terkecuali Bryan, dia mengambil uang yang di jatuhkan oleh Sindy. Serta Bryan berkata “allhamdulilah rejeki memang tidak kemana”. Mhelsa langsung melirik Bryan dan berkata “jangan di ambil bodoh, itu uang sial. Lihat akibatmu memungut uang tersebut kau malah memanggil Preman ke sini. Hiks Hiks habislah kita( sambil duduk dan menagis tersedu-sedu) sampai-sampai dia malah jatuh hahahahaha lucu juga.” Bryan masih belum mengerti dan berkata “oh… aku bisa beli premen 4 atau 5 ya??, hahahaha aku jadi bingung. Eh kenapa kamu duduk di bawah Mhelsa, kamu mau uang ini?? Ni ambilah uang ini bisa beli permen lho(sambil melempar uang tersebut ke Mhelsa)”. “bodoh!!(sambil menampar Bryan)”. Preman Kawedanan terbangun dari jatuhnya dan berkata “hei kenapa aku di cuekin begitu, sial ini kulit pisang gara-gara dia aku hampir jatuh, hu… kulit pisang sialan(sambil menendang kulit pisang tersebut ke arah Jeje”. Pluk!(suara kulit pisang terkena wajah Jeje). “Hei kenapa menendangnya ke arahku, kau mau ku bunuh hah… kaupikir kau siapa hah?? Berani-beraninya menendang kulit pisang ke arahku. Dasar Preman kampungan. “apa katamu!!? Maju!!” kata Preman Kawedanan sambil mengambil pedang dan mengeluarkannya hampir setengah. “Sudah cukup!!”(Sambil melerai Preman Kawedanan dengan Jeje dan Bryan dengan Mhelsa) kata Albert dan Marsya. Albert melerai Preman Kawedanan tersebut serta Jeje, sedangkan Marsya melerai Mhelsa dengan Bryan. Sindy malah menggeleng-gelengkan kepala. “Kenapa jadi begini semua, lihat di depan kalian ada Preman Kawedanan”. Teman-teman kaget dan tersadar. “kenapa baru kaget sekarang? Seharusnya kagetnya tadi pada saat dia keluar!!” kata Sindy. Akhirnya Sindy melirik kearah Bryan, artinya menandakaan bahwa orang yang harus di habisi adalah orang yang membawa pedang itu. Preman Kawedanan pun kaget melihat orang itu, ternyata Bryan adalah adik dari Preman Kawedanan tersebut dan Bryan belum menyadari bahwa Preman Kawedanan yang mengenakan topeng tersebut adalah kakak Bryan. Dengan rasa bimbang Preman Kawedanan langsung menyerang Bryan dengan cepat karena perintah dari Sindy serta nafsu membunuh yang sangat tinggi. Dengan cepat juga Bryan menangkis pedang Preman Kawedanan tersebut dan bertanya “kau siapa, ada perlu apa, dari mana, no hp mu berapa?”.”Oh aku Preman Kawedanan Kawedanan, untuk menghabisimu, muncul dari pertigaan dengan kpleset kulit pisang, 08572737256. Kalo ada apa-apa hubungi aku ya??” jawab Preman Kawedanan. “Hei bisa serius sedikit, kalian kan sedang bertarung bodoh!!” suara keras dari Sindy. Pertarungan pun berhenti, mereka malah melihat teman-temannya yang sedang ingin menyelamatkan diri. Dengan cepat Albert menggandeng Marsya serta Mhelsa untuk menghindari arena pertempuran tersebut tetapi Albert berkata kepada Jeje dan Sindy untuk memegang kakinya karena tangannya sudah penuh. Jeje serta Sindy berkata dengan bersamaan “ jangan bodoh memangnya aku sudi pegang kakimu itu”. “Ah tidak mau ya… ya sudah hati-hati ya? Jangan sampai mati!!.” “Jangan berkata yang tidak tidak!!”( sambil mengejar Albert) teriak Jeje serta Sindy. Sedangkan pertarungan antar Bryan dan Preman Kawedanan di lanjutkan setelah melihat tingkah laku bodoh mereka. “mengapa kau ingin menghabisi ku?” kata Bryan. “itu tidak ada hubungannya denganmu, aku hanya menjalankan tugas.” Jawab Preman Kawedanan. Pertarungan mereka benar-benar sengit, tiba-tiba satu serangan mengenai perut Bryan, dan Bryan pun terjatuh. Tetapi Preman Kawedanan tersebut tidak berani membunuh sang adik tercinta tersebut karena baru kali ini bertemu, akhirnya satu serangan terakhir kearah Bryan oleh Preman Kawedanan di batalkan. Akhirnya dia tidak membunuh Bryan dan berkata “kenapa kau lemah?? Apakah ini karena kau sering di manja oleh ayahmu dan ibumu” kata Preman Kawedanan. Bryan pun kaget mengetahui pertanyaan tersebut, dia hanya terdiam dan memikirkan kata-kata tersebut. Bryan mengetahui suara ini, dia mengira-ngira bahwa Preman Kawedanan yang memakai topeng tersebut adalah mungkin kakanya. Tetapi dia menyangkal pikiran tersebut, karena sang kakak telah menghilang lama sejak kakak berkata kepada adiknya bahwa dia akan mencari ilmu pedang terkutuk di gunung. Preman Kawedanan tersebut membiarkan hidup dan berkata “ aku membiarkan mu hidup karena aku ingin kau melindungi orang yang kau cinta di kemudian hari, dan datanglah padaku saat kau sudah kuat serta bunuhlah aku orang sampah masyarakat ini. Jika kau tidak melindungi orang yang kau cinta, maka aku akan membunuh teman-teman mu terlebih dahulu dan lebih banyak membunuh orang yang tidak berdosa. Aku akan menunggumu 4 hari di sini di pertigaan ini bila kau sudah kuat, larilah mencari ilmu setinggi mungkin bodoh”. Pada saat Preman Kawedanan membalikan arah, Bryan tiba-tiba melemparkan pedangnya kearah masker yang menutupi wajah Preman Kawedanan tersebut, masker tersebut pun terjatuh, tanpa di sadari Bryan melihat tanda X di pipi kiri Preman Kawedanan tersebut. Sepertinya luka tersebut bukan akibat dari luka pertarungan, tapi luka yang di sebabkan waktu sang kakak terkena tebasan dari sang ayah saat mengajari ilmu pedang. Bryan pingsan seketika akibat luka yang diderita cukup dalam dengan melihat wajah Preman Kawedanan yang samar-samar. Preman Kawedanan langsung menghilang dari tempat kejadian tersebut.
Tak beberapa lama teman-teman Bryan kembali untuk mengangkat Bryan dan di bawa ke rumah Sindy untuk Di obati. Sindy pun heran kenapa Bryan masih selamat dari serangan Preman Kawedanan tersebut. Jeje akhirnya menyuruh semua keluar dari kamar Bryan terkecuali Jeje, dia malah sendirian di kamar terbaringnya Bryan. Teman-teman pada takut bila Bryan tidak terselamatkan. Jeje tiba-tiba mengambil lilin dan menyalakan lilin tersebut, di ambilah api tersebut lalu di usapkan ke bagian tubuh Bryan yang terluka. Tiba-tiba luka itu menutup kembali hanya dengan di usap menggunakan api tersebut. Bryan pun tersadar. Jeje bertanya “siapa Preman tersebut?”. Bryan menjawab “mungkin dia adalah kakaku, soalnya aku melihat tanda X di pipi sebelah kirinya. Terlebih lagi dia ingin berduel denganku lagi, dia memberi kesempatanku untuk berlatih selama 4 hari. Jeje kaget mendengar jawaban dari Bryan. Akhirnya Jeje bersedia mengajari ilmu pedang tersebut, dulu Jeje adalah murid kesayangan dari ayah Bryan tersebut dan Jeje di perintahkan oleh ayahnya Bryan sebelum meninggal untuk melatih Bryan sampai berhasil mengalahkan kakaknya tersebut karena kakak Bryan tidak menghilang, tapi dia bersemedi di tempat yang tidak di ketahui orang lain mungkin dalam beberapa saat lagi kakak Bryan akan menguasai ilmu tersebut dan akan terhasut oleh pedangnya sendiri karena pedang itu adalah pedang terkutuk. Bryan pun mensanggupi latihan tersebut. Setelah Bryan sadar, Bryan keluar dengan agak lemas dan menyapa teman-temannya agar mereka semua tidak khawatir lalu Sindy menyuruh mereka semua pulang sebelum terjadi hal-hal yang aneh lagi. Pada saat itu juga mereka semua pulang. Bryan pun di bantu jalan oleh Mhelsa dengan mesra. Sindy melihat kejadian tersebut semakin kesal, dan ingin bertemu Preman Kawedanan tersebut mengapa sampai gagal membunuh Bryan. Malam harinya Bryan pulang kerumah untuk menjalani latihan tersebut, di rumah Bryan telah di tungggu Jeje yang duduk di kursi. Akhirnya di mulailah latihan itu sepanjang hari tanpa tidur dan istirahat.
Di pihak lain Sindy menelpon Preman Kawedanan untuk bertemu dengannya, Preman Kawedanan tersebut menjawab panggilan tersebut dan ingin bertemu pada di tempat saat pertama bertemu. Di tempat pertemuan tersebut Sindy marah-marah kepada Preman Kawedanan tersebut dia bertanya kepada Preman Kawedanan tersebut mengapa sampai gagal membunuh orang yang aku tunjuk. Preman Kawedanan pun terdiam sejenak, lalu menjawab pertanyaan “aku gagal membunuh karena dia terlalu muda untuk mati, aku ingin dia menjadi kuat dan membenarkan dunia yang sudah parah ini”. Sindy pun tertawa terbahak-bahak, “apa!! Jadi hanya alasan konyol tersebut kau gagal menjalankan tugasmu??”. Tiba- tiba Preman Kawedanan berteriak dengan keras “ diam!!! Memang kau siapa berani memerintahku(sambil mengarahkan pedang tersebut ke arah leher Sindy) dalam kehidupanku tidak boleh ada seseorang yang berani memerintahku, aku hanya menyuruhmu mencarikan orang yang tepat yang ingin aku lawan bukan?? Apa kau masih lupa perkataan tersebut?? Lebih baik kau diam, dalam hal ini penonton dilarang ribut. Dalam pertarungan kali ini akulah pemenangnya JIHAHAHAHAHAHAHAHA!!, lebih baik kau pulang dan biarkan aku menyelesaikan pertarungan ini. O iya… besok pada saat pertarungan berakhir aku ingin kau menjelaskan kenapa aku di suruh membunuh orang tersebut!”.
Pada saat hari ke 4 tersebut, hari dimana pertarungan itu akan di mulai. Mhelsa, Jeje serta Sindy menghadiri pertarungan tersebut. Mereka bertiga bertanya-tanya di mana Bryan serta Marsya dan Albert. Dari arah timur datanglah Preman Kawedanan tersebut, di ikuti juga dari arah Barat munculah Bryan. Mereka berdua saling memandang sejenak. Bryan pun berkata “ bila ingin pertarungan ini di mulai, lepaskanlah topeng yang kau kenakan. Aku ingin melihat wajahmu pada ssat kau mati”. Preman Kawedanan pun menjawab pertanyaan Bryan,”bicaramu sombong juga, kata-kata itu akan aku terima untuk sementara. Selanjutnya akan kulepaskan topeng ini, lihatlah muka orang yang kau bunuh(sambil melepas topeng). Hai adikku yang super bodoh, ternyata kau sudah besar”. Bryan serta teman-teman pada kaget, Karena yang di lihat dari balik topeng adalah kakak Bryan. Sindy pun terjatuh dan kaget melihat bahwa orang yang di kirim untuk menghabisi Bryan adalah kakaknya. Bryan berpikir untuk menyerang atau tidak, tapi untuk menepati janjinya dia menyetujui pertarungan tersebut yaitu hanya untuk melindungi orang-orang yang di cinta Baiklah pertarungan ini di mulai(kata Preman Kawedanan tersebut).
Preman Kawedanan menyerang Bryan tersebut dengan cepat. Bahkan teman-temannya pada kaget melihat Preman Kawedanan yang tiba-tiba menyerang Bryan dengan sangat kuat dan cepat, menimbulkan angin yang besar. Mereka semua pada jatuh akibat terkena angin yang di timbulkan oleh gesekan pedang tersebut. Sang Preman Kawedanan pun tersenyum melihat Bryan yang sudah bisa menangkis serangannya. Tanpa di sadari Preman Kawedanan sudah membelakangi Bryan tersebut dan menyerang tapi dengan sarung pedang tersebut dia berhasil menghindari serangan Preman Kawedanan . Preman Kawedanan menghilang dan menyerang dari depan dengan cepat, tapi pedang itu berhasil dehentikan oleh 2 jari Bryan. Preman Kawedanan kaget melihat Bryan berhasil menangkap pedang tersebut, tiba-tiba Bryan membalas serangan dengan cepat “crass!!” suara pedang mengenai tubuh Preman Kawedanan tersebut. Preman Kawedanan langung mundur ke belakang tertawa dengan keras “hebat kau sudah berhasil menghentikan pedangku dan melukaiku, sepertinya kau bertambah kuat adikku yang bodoh. Mari kita selesaikan pertarungan kita ini dengan satu serangan. Aku ingin lihat ilmu ayahmu di wariskan ke padamu yang paling kuat atau ilmu pedangku yang ku dapat dari hasil bersemedi di gunung lah yang paling kuat. Jadi mari kita tentukan sekarang”. Dari arah belakang teman-teman Bryan, datanglah Marsya dan Albert ternyata mereka berdua membawa Pak kyai dari sekolah mereka, Pak Kyai pun kaget dan berkata “asgtafirullah haladzim. Apa yang kalian lakukan di sini?? Mengapa kalian memakai pedang untuk bertarung lebih baik pakai celurit saja biar cepat matinya( sambil menjewer telinga Bryan dan Preman Kawedanan ) bukankah ini bulan puasa? Seharusnya kan kalian banyak- banyak beramal serta sholat lima waktu”. Teman -teman pada bingung melihat kejadian itu, tiba-tiba Sindy serta Jeje membungkam mulut Kyai itu dan menyingkarkannya dari arena pertarungan serta mengikatnya dan berkata “ lebih baik kau diam sebelum kau ku lempar ke laut” pak kyai hanya terdiam dan takut. Albert serta Marsya takut melihat tingkah laku mereka berdua. “Kenapa kau bawa pak kyai di sini? ini duel antara mereka berdua saja, orang lain di larang turun tangan. Bila ada orang lain yang melerai mereka. Maka aku akan melerai nyawa orang itu dari tubuhnya yang mencampuri urusan mereka berdua, mengerti!!”. Kata Jeje serta Sindy yang bersamaan. Pertarungan pun di lanjutkan kembali, Bryan dan Preman Kawedanan sedang bersiap-siap mengeluarkan jurus pamungkas mereka. Pada saat bersamaan mereka lari dengan cepat “SRINGGG!!” suara pedang berbenturan tetapi mereka berdua masih berdiri, saat Bryan memasukan pedang ke sarung pedangnya Preman Kawedanan pun terjatuh.
Pada saat itu juga Bryan menangis karena kakaknya sudah meninggal akibat serangan tersebut. Tap tap tap(suara langkah kaki) Bryan menghampiri kakaknya, dan menyentuhnya dengan sarung pedang “kak apa kau sudah mati??” Tanya Bryan. Teman-teman menyautinya dengan “ ah… jangan bilang begitu, kenapa kau menyetuhnya seperti itu. Bukannya dia itu kakakmu??”. “kalo begitu sekarang aku boleh menguburnya?” kata Bryan. “bodoh, periksa denyut nadinya dulu”. Kata teman-teman. Bryan pun memeriksa denyut nadi Kakaknya, tapi yang di periksa malah kakinya. Teman-teman pun sepontan kesal melihat kelakuan Bryan dan berkata “ bodoh!! Apa kau tidak bisa membedakan mana tangan dan kaki??” akibat ribut-ribut itu Preman Kawedanan langung bangun dan duduk menyandar pada tembok dengan nafas yang melelahkan. Bryan bertanya kepada kakaknya “ kak kenapa menjadi begini? Mana sifat kakak yang dulu sifat yang selalu menyayangi orang tua serta saudara, terlebih lagi kau disuruh oleh siapa??!” Dengan kelelahan Preman Kawedanan Menjawab Pertanyaan Bryan “ aku mungkin berubah karena di hasut oleh bisikan pedang terkutuk, sejak mendapatkan pedang ini aku selalu mendengar bisikan-bisikan kejahatan. Aku di suruh oleh temanmu aku tidak tau namanya (tanganya menunjuk ke Sindy)”. Sindy berkata “ cukup!!”. Teman-teman pada kaget dan bertanya kepada Sindy”mengapa kau melakukan semua ini Sind?? Bukankah kita ini sudah seperti saudara. Terlebih lagi mengapa kau ingin membunuh Bryan”. “bukannya kau suka sama Bryan?” Tanya Jeje. Sindy bingung mendengar pertanyaan dari teman-temannya, lalu dia menjawab “ iya aku tau aku salah, aku ingin menghabisi Bryan karena Bryan orang yang aku sukai dan pada saat aku mengetahui dia malah bersama Mhelsa waktu pulang sekolah di atas bermesra-mesraan aku sangat marah sekali. Malahan aku terpikir untuk menghabisi Bryan karena aku sangat sakit hati”. “Bukan begitu Sindy, aku waktu bersama Bryan itu hanya sandiwara, Bryan ingin meminta pertolongan dari ku hanya ingin membuat kejutan pada saat Bryan menyatakan cinta padamu itu semua hanya simulasi untuk melihat sejauh mana kesetiananmu terhadap Bryan” kata Mhelsa. Sindy pun langsung menangis mengetahui perbuatan Bryan untuk menyatakan cinta kepadanya. Pada saat itu juga Bryan memberikan bunga kepada Sindy dan mengatakan maaf atas perbuatannya pada waktu dengan Mhelsa dan tidak lupa untuk mengatakan cintanya kepadanya. Lalu pak Kyai berkata kepada Preman Kawedanan agar kembali ke jalan yang benar(berkata dalam keadaan terikat). Semua berakhir dengan bahagia. Sindy sekarang berpacaran dengan Bryan, Preman Kawedanan pulang kerumah dan bertemu ibunya serta mengunjungi makam ayahnya dan ingin membasmi kejahatan yang ada di muka bumi, Jeje mendirikan tempat Ilmu bela diri, Albert dan Marsya memenangkan lomba antar provinsi tersebut, Mhelsa mengikuti latihan di tempat ilmu bela diri Jeje. Pada saat yang bersamaan mereka semua masih bisa berkumpul. Pak Kyai tertidur di pertigaan tersebut, begitu terbangun semuanya sudah tidak ada. Dan mereka semua lupa satu hal yaitu Pak Kyai masih terikat dan belum terlepas. Jadinya dia menutup acara drama ini “terima kasih telah menyasikan drama kami, bila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati anda kami minta maaf, serta kalo ingin bertarung pakailah clurit. Saya menjualnya dengan harga murah, ada yang mau beli. Tapi tolong lepas ikatan yang terbelengguku ini!!, tolong(teriak pak kyai)”.
The End
Pengarang cerita : Hagi Oseaniko J.P
Lahir pada tanggal : Semarang, 15 januari 1994
Pendidikan pengarang : Pelajar di SMA “Institut Indonesia”
Rekan-rekan yang telah membantu membuat kan Inspirasi: Aziz, Tina, Amelia, Dila, Widya, Satria. Saya mengucapkan banyak terima kasih.
Wassalammualaikum Wr.Wb.